STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
KEPUTUSASAAN
1. Pengertian
Keputusaasan
merupakan keadaan subyektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau
tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi yang dimikinya (NANDA, 2012).
2. Tanda dan Gejala
a.
Ungkapan klien tentang situasi kehidupan
tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
b.
Sering mengeluh dan nampak
murung
c.
Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama
sekali
d.
Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e.
Menarik diri dari lingkungan
f.
Kontak mata kurang
g.
Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h.
Nampak selalu murung atau blue mood
i.
Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia,
takipneu)
j.
Menurun atau tidak adanya selera makan
k.
Peningkatan waktu tidur
l.
Penurunan keterlibatan dalam perawatan
m.
Bersikap pasif dalam menerima perawatan
n.
Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang
lain yang bermakna
3.
Intervensi Generalis
a.
Tujuan
Umum: klien memiliki kembali harapan terhadap kemampuan mengatasi masalahnya.
b.
Tujuan
Khusus: Klien mampu:
1) membina hubungan saling percaya
2) mengenal masalah keputusasaannya
3) berpartisipasi dalam aktivitas
4) menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
c.
Tindakan
Keperawatan
1)
Bina
hubungan saling percaya
a)
Ucapkan
salam.
b)
Perkenalkan
diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
c)
Tanyakan
nama klien dan panggilan yang disukai
d)
Jelaskan
tujuan pertemuan
e)
Dengarkan
klien dengan penuh perhatian
f)
Bantu
klien penuhi kebutuhan dasarnya.
2)
Klien
mengenal masalah keputusasaannya
a) Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan
sedih/ kesendirian/ keputusasaannya.
b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien
terhadap kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung
putus asa : pembicaraan abnormal/ negatif, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam aktivitas.
d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk
atasi masalah, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
e) Dukung
klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh klien.
f) Beri alternatif penyelesaian masalah atau solusi.
g) Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari
tiap alternatif
h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus
asa adalah faktor risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan
tentang rencana, metode, dan cara bunuh diri.
3)
Klien
berpartisipasi dalam aktivitas
a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien
("keluarga anda menelpon RS setiap hari untuk menanyakan keadaanmu”).
b) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan
rasa putus asa.
c) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang
mendukung pikiran dan perasaan positif.
d) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha
klien dalam mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam
aktivitas.
4)
Klien
menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
(1)
Ucapkan salam
(2)
Perkenalkan
diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
(3)
Tanyakan nama keluarga,
panggilan yang disukai, hub. dg klien.
(4)
Jelaskan
tujuan pertemuan
(5)
Buat
kontrak pertemuan.
b) Identifikasi
masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien.
c) Diskusikan
upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi masalah dan
bagaimana hasilnya.
d) Tanyakan
harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya.
e) Diskusikan
dengan keluarga tentang keputusasaan :
·
Arti,
penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi
·
Psikofarmaka
yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping,akibat bila tidak patuh
minum obat.
·
Cara keluarga merawat klien.
·
Akses
bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas, RS).
4.
Intervensi Spesialis
a. Terapi Individu: Cognitive-behavioral
therapy (CBT), Terapi
nafas dalam, Terapi Penghentian pikiran, Terapi latihan relaksasi, Terapi
meditasi, Rational Emotif Therapy
b. Terapi Kelompok: Terapi kelompok Suportif
c. Terapi Keluarga: Terapi Sistem Keluarga, Terapi
edukasi keluarga
d.
Terapi
Komunitas: ACT
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon