2.2.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah satu perasaan
subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk
pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan
pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap
penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai
situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan
reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa kosong di perut,
sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang
air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak
untuk lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 1998).
Kecemasan adalah gejala yang tidak
spesifik dan aktivitas saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan,
ancaman tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu
emosi yang normal (Carpenito, 2000).
2.2.2 Fisiologi Kecemasan
Reaksi takut dapat terjadi melalui
perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak,
reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada
keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut,
terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori
yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon takut
terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke
berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf otonom
yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran
dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara
mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji
mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti,
pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas
adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga
menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 1998).
2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi respon
kecemasan;
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart and Sundeen (1998),
teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah
1) Teori
psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian
terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan
insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan
sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Ansietas merupakan
konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan
ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori
interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan
akan pola penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada
masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart&Sundeen,
1998).
3) Teori
perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit.
Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada
rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat
pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer&Bare, 2001).
4) Teori
keluarga
Intensitas cemas yang dialami oleh
individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan
cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan
cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang
bisa ditemui dalam suatu keluarga.
5) Kajian
biologis
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin
juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
2.Faktor presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak
dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.
Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan
interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi :
1) Faktor
eksternal
a.
Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan
yang akan dilakukan).
b. Ancaman
sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart
and Sundeen, 1998).
2) Faktor
internal :
Menurut Stuart and Sundeen (1998)
kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditemukan oleh :
a.
Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan
setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer&Bare,
2001).
b. Maturitas
Individu yang memiliki kematangan
kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Hambly,
1995).
c.
Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status
ekonomi yang rendah akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir
rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang
baru (Stuart&Sundeen, 1998).
d. Keadaan
fisik
Seseorang yang akan mengalami
gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik
sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu orang yang mengalami
kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan (Oswari, 1998).
e.
Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B.
Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif,
ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat
tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe
kepribadian B mempunyai ciri- ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena
tipe keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan rutinitas
(Stuart&Sundeen, 1998).
f.
Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan
asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).
g. Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih
muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya
(Varcoralis, 2000).
h. Jenis
kelamin
Gangguan panik merupakan suatu
gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan
ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria (Varcoralis, 2000).
Menurut Frued dalam Stuart and
Sundeen (1998), ada 2 tipe kecemasan yaitu:
- Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat
bayi akibat adanya stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau
kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau dorongan yang
diakibatkan oleh faktor internal.
- Kecemasan sub sekunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan
usia. Frued melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi
diantara 2 elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila
terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego berada
pada kondisi bahaya.
Sedangkan menurut Rasmun (2004),
kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Antara lain:
1) Sifat
stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau berangsur- angsur dan dapat
mempengaruhi seseorang dalam menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping
seseorang.
2) Jumlah
stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang
harus dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dialami seseorang, semakin
besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stressor yang kecil
dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3) Lama
stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada fase
kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stressor tersebut.
4) Pengalaman
masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi
kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama
karena karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping
yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat
menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5) Tingkat
perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk
kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat
perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres
dan kecemasan akan berbeda pula.
2.2.4 Rentang respon kecemasan
Respon rentang kecemasan yaitu
respon tentang sehat- sakit yang dapat dipakai untuk menggambarkan respon
adaptif maladaptif pada kecemasan.
Antisipasi
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Panik
|
Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan menurut Stuart and
Sundeen, 1998.
Klasifikasi tingkat dan respon
kecemasan menurut Stuart and Sundeen, 1998 :
- Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan
ketegangan dan waspada. Manisfestasi yang muncul pada ansietas ringan, antara
lain:
1) Respon
fisiologis
Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek,
mampu menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.
2) Respon
kognitif
Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu
menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan
masalah.
3) Respon
perilaku dan emosi
Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
- Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan
seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang
lain perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Manifestasi yang muncul pada kecemasan sedang antara lain:
1) Respon
fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat
setempat.
2) Respon
kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan bingung.
3) Respon
perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak
aman.
- Ansietas berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal
lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat antara lain:
1) Respon
fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat
dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2) Respon
kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3) Respon
perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan
menarik diri dari hubungan interpersonal.
- Panik
Tingkat panik berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan terror. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian,
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Manifestasi yang muncul terdiri dari:
1) Respon
fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,
pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
2) Lapang
kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat
berfikir logis.
3) Respon
perilaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak-
teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau
kontrol diri dan persepsi kacau.
2.2.5 Tipe kepribadian pencemas
Seseorang akan menderita gangguan
cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor yang dihadapi.
Tetapi pada orang- orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial yang
bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe
kepribadian pencemas (Dadang Hawari, 2001).
Tipe kepribadian pencemas, antara
lain:
- Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
- Memandang masa depan dengan rasa was- was (khawatir).
- Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam panggung).
- Sering merasa tidak bersalah, dan menyalahkan orang lain.
- Tidak mudah mengalah/ ngotot.
- Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk dan gelisah.
- Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan- keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit.
- Mudah tersinggung, suka membesar- besarkan masalah kecil (dramatisasi).
- Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.
- Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering diulang- ulang.
- Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian
pencemas tidak selamanya mengeluh hal- hal yang sifatnya psikis tetapi sering
juga disertai dengan keluhan- keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih
dengan ciri- ciri kepribadian depresif atau dengan kata lain batasannya
seringkali.
2.2.6 Penatalaksanaan kecemasan
Pengobatan yang paling efektif untuk
pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan yang
mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan pendekatan suportif (Kaplan and
Sadock, 1998).
- Psikoterapi
Teknik utama yang digunakan adalah
pendekatan perilaku misalnya relaksasi dan bio feed back (proses penyediaan
suatu informasi pada keadaan satu atau beberapa variabel fisiologi seperti
denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).
- Farmakoterapi
Dua obat utama yang dipertimbangkan
dalam pengobatan kecemasan umum adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain
yang mungkin berguna adalah obat trisiklik sebagai contohnya imipramine
(tofranil) –antihistamin dan antagonis adrenergik beta sebagai contonya
propanolol (inderal).
- Pendekatan suportif
Dukungan emosi dari keluarga dan
orang terdekat akan memberi kita cinta dan perasaan berbagai beban. Kemampuan
berbicara kepada seseorang dan mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat
membantu dalam menguasai keadaan (Smeltzer and Bare, 2000).
2.2.7 Alat ukur kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali, orang
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang
masing- masing kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih spesifik.
Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, yang
artinya adalah
Nilai 0 = tidak ada gejala /
keluhan
Nilai 1 = gejala ringan / satu
dari gejala yang ada
Nilai 2 = gejala sedang /
separuh dari gejala yang ada
Nilai 3 = gejala berat / lebih
dari separuh dari gejala yang ada
Nilai 4 = gejala berat sekali
/ semua dari gejala yang ada
Masing- masing nilai angka (skore)
dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan
tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore) :
kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 =
kecemasan ringan
21 – 27 =
kecemasan sedang
28 – 41 =
kecemasan berat
42 – 56 =
kecemasan berat sekali / panik
Adapun hal- hal yang dinilai dalam
alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
- Perasaan cemas (ansietas)
a) Cemas
b) Firasat
buruk
c) Takut
akan pikiran sendiri
d) Mudah
tersinggung
2. Ketegangan
a) Merasa
tegang
b) Lesu
c) Tidak
bisa istirahat dengan tenang
d) Mudah
terkejut
e) Mudah
menangis
f)
Gemetar
g) Gelisah
3. Ketakutan
a) Pada
gelap
b) Pada
orang asing
c) Ditinggal
sendiri
d) Pada
binatang besar
e) Pada
keramaian lalu lintas
f)
Pada kerumunan banyak orang
4. Gangguan
tidur
a) Sukar
masuk tidur
b) Terbangun
malam hari
c) Tidur
tidak nyenyak
d) Bangun
dengan lesu
e) Banyak
mimpi- mimpi
f)
Mimpi buruk
g) Mimpi
menakutkan
- Gangguan kecerdasan
a) Sukar
konsentrasi
b) Daya
ingat menurun
c) Daya
ingat buruk
6. Perasaan
depresi (murung)
a) Hilangnya
minat
b) Berkurangnya
kesenangan pada hobi
c) Sedih
d) Bangun
dini hari
e) Perasaan
berubah- ubah sepanjang hari
7. Gejala
somatik/ fisik (otot)
a) Sakit
dan nyeri di otot- otot
b) Kaku
c) Kedutan
otot
d) Gigi
gemerutuk
e) Suara
tidak stabil
8. Gejala
somatik/ fisik (sensorik)
a) Tinitus
(telinga berdengung)
b) Penglihatan
kabur
c) Muka
merah/ pucat
d) Merasa
lemas
e) Perasaan
di tusuk- tusuk
- Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a) Takikardia
(denyut jantung cepat)
b) Berdebar-
debar
c) Nyeri
di dada
d) Denyut
nadi mengeras
e) Rasa
lesu/ lemas seperti mau pingsan
f)
Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10. Gejala respiratori
(pernapasan)
a) Rasa
tertekan / sempit di dada
b) Rasa
tercekik
c) Sering
menarik napas
d) Napas
pendek / sesak
11. Gejala gastrointestinal
(pencernaan)
a) Sulit
menelan
b) Perut
melilit
c) Gangguan
pencernaan
d) Nyeri
sebelum dan sesudah makan
e) Perasaan
terbakar di perut
f)
Rasa penuh / kembung
g) Mual
h) Muntah
i)
Buang air besar lembek
j)
Sukar buang air besar (konstipasi)
k) Kehilangan
berat badan
12. Gejala urogenetal
(perkemihan dan kelamin)
a) Sering
buang air kecil
b) Tidak
dapat menahan air seni
c) Tidak
datang bulan (tidak ada haid)
d) Darah
haid berlebihan
e) Darah
haid amat sedikit
f)
Masa haid berkepanjangan
g) Masa
haid amat pendek
h) Haid
beberapa kali dalam sebulan
i)
Menjadi dingin (frigid)
j)
Ejakulasi dini
k) Ereksi
melemah
l)
Ereksi hilang
m) Impotensi
13. Gejala autonom
a) Mulut
kering
b) Muka
merah
c) Mudah
berkeringat
d) Kepala
pusing
e) Kepala
terasa berat
f)
Kepala terasa sakit
g) Bulu
– bulu berdiri
- Tingkah laku (sikap) pada wawancara
a) Gelisah
b) Tidak
tenang
c) Jari
gemetar
d) Kerut
kening
e) Muka
tegang
f)
Otot tegang / mengeras
g) Napas
pendek dan cepat
h) Muka
merah
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon