BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1.
HIV
Human Imunodeficiency Virus (HIV)
adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam family lintavirus, retrovirus
memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus
DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya
HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun
dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).
Human immunodeficiency virus (HIV)
adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri
dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS,
tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak
ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan
lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi
dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia
(Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang
memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV)
nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa
sampai nol) (KPA, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam
golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah
virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat
menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi
secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe
secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup
HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat
yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap
HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan.
Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat
virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan
infeksi oportunistik (Zein, 2006).
2.
AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah singkatan dari acquired
immunodeficiency syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang
terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus
HIV (Brooks, 2009). Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia,
yaitu sel T dan sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam
tubuh manusia. Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka
untuk mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh
manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan
rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami
AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di
mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).
B. ETIOLOGI
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini
termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi
yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion
matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus
yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus
yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu
protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat
dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV
sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev
dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya
transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi
khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).
C.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis
terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak
umum terjadi):
1.
Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2.
Gejala minor:
a.
Batuk menetap
lebih dari 1 bulan
b.
Dermatitis
generalisata
c.
Adanya herpes
zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d.
Kandidias
orofaringeal
e.
Herpes simpleks
kronis progresif
f.
Limfadenopati
generalisata
g.
Infeksi jamur
berulang pada alat kelamin wanita
h.
Retinitis virus
Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and
Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1.
Fase awal
Pada awal infeksi,
mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang
ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam
dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2.
Fase lanjut
Penderita akan tetap
bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring
dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah
bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam,
batuk dan pernafasan pendek.
3.
Fase akhir
Selama fase akhir dari
HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang
lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS. Gejala Minor
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala
klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya.
1.
Fase akut
Sekitar 50-70%
penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu selepas infeksi
primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis,
limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan
berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati,
myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash.
Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam,
ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi
melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu
gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV.
Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini
yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku
sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi
secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung
berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV
yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase
simptomatik
Selama fase akhir dari
HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang
lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.
D.
PATOFISIOLOGI
Sel T dan
makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut
dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel
lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan
sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan
suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi
genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini
akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian
terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak
dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV
yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan
tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki
kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya
jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi primer :
·
MCMD (Minor
Cognitive Motor Disorder
·
Neurobiologi
(meningitis, mylopati, neuropati )
·
Infeksi
(toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV
·
Leikoencepalopati
multifoksl progresif (neoplasma dan delirium)
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSA
Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu
lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan
dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi
keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk
melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak
terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan
tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif
(Swierzewski, 2010).
Menurut University of California San Francisco
(2011), ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang
paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA
sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi
segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu
setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu
mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif,
akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi. Tes Western blot adalah
diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan
oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan
ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan
dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan
antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna
mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi
(Shaw dan Mahoney, 2003) Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel
darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa
20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (MacCann,
2008).
Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi
terhadap virus, manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV.
Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi
antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV
terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA
dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan
Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum
antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi
baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).
G.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
Obat–obatan Antiretroviral (ARV)
bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari
mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan
dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel
CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih
efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum
ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi
dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
a.
Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase
Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV
dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT,
ddl, ddC & 3TC).
b.
Non–nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan
reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat
esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan
NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
c.
Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan
protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat
berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.
2.
Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak
(PMTCT): seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya
selama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari
intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap
HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk
mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
a.
Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai
suatu rangkaian panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi
menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu
rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50%
penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%.
Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam
kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
b.
Nevirapine: diberikan dalam dosis
tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi
pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan
penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa
satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus
diberikan satu dosis dalam 3 hari.
3.
Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah
sebuah program dari beberapa obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali
setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi
terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun
terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP,
maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang
bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang
tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk
mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV.
Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan
dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine
sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati.
Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai
sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa
lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi
lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke
HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan
efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.
4.
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada
individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit.
Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana
seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon
imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda
onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak
diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara
sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).
5.
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis.
Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan kritis
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A.
PENGKAJIAN
1.
Riwayat: tes HIV
positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2.
Penampilan umum:
pucat, kelaparan.
3.
Gejala
subyektif: demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4.
Psikososial:
kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan
takut, cemas, meringis.
5.
Status mental:
marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, with drawl, hilang interest
pada lingkungan sekitar, gangguan proses pikir, hilang memori, gangguan atensi
dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6.
HEENT : nyeri
periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir
atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7.
Neurologis:
gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan, kaku kuduk,
kejang, paraplegia.
8.
Muskuloskletal:
focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9.
Kardiovaskuler;
takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan: dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
11. GI: intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB
menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. GU: lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument: kering, gatal, rash atau lesi, turgor
jelek, petekie positif.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TEORI
1.
Bersihan jalan
napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus
2.
Pola napas tidak
efektif b.d penurunan energi, kelelahan, nyeri, kecemasan
3.
Hipertermia b.d
proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
4.
Nyeri b.d agen
injury biologis
5.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis
6.
Kurang
Pengetahuan b.d kurangnya paparan atau informasi
7.
Deficit volume
cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
8.
Kerusakan
integritas kulit b.d perubahan status metabolik
9.
Resiko infeksi
dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi, imonusupresi ,
ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh primer
10.
Kelelahan b.d
anemia, status penyakit
11.
Tidak efektifnya
mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam mengaktualisasi diri
12.
Deficit
perawatan diri b.d kelemahan fisik
C.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA/MASALAH
KOLABORASI
|
TUJUAN
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
1.
|
Bersihan
Jalan Nafas tidak Efektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
-
Dispneu, Penurunan suara nafas
-
Orthopneu, Cyanosis
-
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
-
Kesulitan berbicara
-
Batuk, tidak efekotif / tidak ada
-
Mata melebar
-
Produksi sputum, Gelisah
-
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
-
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus,
|
NOC :
·
Respiratory
status : Ventilation
·
Respiratory
status : Airway patency
·
Aspiration
Control
Kriteria Hasil :
·
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
·
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
|
NIC :
Airway suction
·
Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
·
Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning.
·
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
·
Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan.
·
Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
·
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
·
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
·
Monitor status oksigen pasien
·
Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
·
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management:
o Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
o Pasang mayo bila perlu
o Lakukan fisioterapi dada jika perlu
o Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
o Lakukan suction pada mayo
o Berikan bronkodilator bila perlu
o Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
o Monitor respirasi dan status O2
|
2.
|
Pola
Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
adekuat
Batasan karakteristik :
-
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan pertukaran udara per menit
-
Menggunakan otot pernafasan tambahan
-
Nasal flaring
-
Dyspnea
-
Orthopnea
-
Perubahan penyimpangan dada
-
Nafas pendek
-
Assumption of 3-point position
-
Pernafasan pursed-lip
-
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
-
Peningkatan diameter anterior-posterior
-
Pernafasan rata-rata/minimal
·
Bayi : < 25 atau > 60
·
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
·
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
·
Usia > 14 : < 11 atau > 24
-
Kedalaman pernafasan
·
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
·
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
-
Timing rasio
-
Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
-
Penurunan energi/kelelahan
-
Posisi tubuh
-
Kelelahan otot pernafasan
-
Nyeri , Kecemasan
-
Kerusakan persepsi/kognitif
|
NOC :
·
Respiratory
status : Ventilation
·
Respiratory
status : Airway patency
·
Vital
sign Status
Kriteria
Hasil :
·
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
·
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway
Management
o Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust
o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
o Lakukan fisioterapi dada jika perlu
o Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
o Berikan bronkodilator bila perlu
o Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
o Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
·
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
·
Pertahankan jalan nafas yang
paten
·
Atur peralatan oksigenasi
·
Monitor aliran oksigen
·
Pertahankan posisi pasien
·
Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
·
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital
sign Monitoring
·
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
·
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
·
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
·
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
·
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
·
Monitor kualitas dari nadi
·
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan, suara
paru
·
Monitor pola pernapasan
abnormal
·
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
·
Monitor sianosis perifer
·
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
|
3.
|
Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
-
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
-
serangan atau konvulsi (kejang)
-
kulit kemerahan
-
pertambahan RR
-
takikardi
-
saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
-
penyakit
-
peningkatan metabolisme
-
dehidrasi
|
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
·
Suhu tubuh dalam rentang normal
·
Nadi dan RR dalam rentang normal
·
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
|
NIC :
Fever treatment
·
Monitor suhu sesering mungkin
·
Monitor IWL
·
Monitor warna dan suhu kulit
·
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
·
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
·
Monitor WBC, Hb, dan Hct
·
Monitor intake dan output
·
Berikan anti piretik
·
Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
·
Selimuti pasien
·
Lakukan tapid sponge
·
Berikan cairan intravena
·
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
·
Tingkatkan sirkulasi udara
·
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
·
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
·
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
·
Monitor TD, nadi, dan RR
·
Monitor warna dan suhu kulit
·
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
·
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
·
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
·
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
·
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
·
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
·
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
·
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
·
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
·
Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
·
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
·
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
·
Monitor TD,
nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
·
Monitor
kualitas dari nadi
·
Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
·
Monitor suara
paru
·
Monitor pola
pernapasan abnormal
·
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
·
Monitor
sianosis perifer
·
Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
·
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
4.
|
Nyeri
akut
Definisi :
Sensori yang
tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau
potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari
ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal
-
Fakta dari observasi
-
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, fisik)
|
NOC :
·
Pain Level,
·
Pain
control,
·
Comfort
level
Kriteria
Hasil :
·
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·
Tanda vital dalam rentang
normal
|
NIC :
Pain
Management
·
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
·
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
·
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·
Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
·
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
·
Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
·
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
·
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
·
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
·
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
·
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
·
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
·
Tingkatkan istirahat
·
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
·
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic
Administration
·
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
·
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
·
Cek riwayat alergi
·
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
·
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
·
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
·
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
·
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama kali
·
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
·
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
|
5
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme
tubuh.
Batasan karakteristik :
-
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
-
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended
Daily Allowance)
-
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-
Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
-
Luka, inflamasi pada rongga mulut
-
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
-
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
-
Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan makanan cukup
-
Keengganan untuk makan
-
Kram pada abdomen
-
Tonus otot jelek
-
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang berminat terhadap makanan
-
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan atau steatorrhea
-
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara usus hiperaktif
-
Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
|
NOC :
·
Nutritional
Status : food and Fluid Intake
·
Nutritional
Status : nutrient Intake
·
Weight
control
Kriteria Hasil :
·
Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
·
Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
·
Mampumengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
·
Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
·
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan
dari menelan
·
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition
Management
·
Kaji adanya alergi makanan
·
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
·
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
·
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
·
Berikan substansi gula
·
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
·
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
·
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
·
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
·
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
·
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
·
BB pasien dalam batas normal
·
Monitor adanya penurunan berat
badan
·
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
·
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
·
Monitor lingkungan selama makan
·
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
·
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
·
Monitor turgor kulit
·
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
·
Monitor mual dan muntah
·
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
·
Monitor makanan kesukaan
·
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
·
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
·
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
·
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
·
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
6.
|
Kurang
Pengetahuan
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan
topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
|
NOC :
·
Knowledge
: disease process
·
Kowledge
: health Behavior
Kriteria
Hasil :
·
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
·
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
·
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
|
NIC :
Teaching : disease Process
1.
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
2.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4.
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6.
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
7.
Hindari harapan yang kosong
8.
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9.
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
|
7.
|
Defisit Volume Cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
-
Kelemahan
-
Haus
-
Penurunan turgor kulit/lidah
-
Membran mukosa/kulit kering
-
Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
-
Pengisian vena menurun
-
Perubahan status mental
-
Konsentrasi urine meningkat
-
Temperatur tubuh meningkat
-
Hematokrit meninggi
-
Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
-
Kehilangan volume cairan secara aktif
-
Kegagalan mekanisme pengaturan
|
NOC:
·
Fluid
balance
·
Hydration
·
Nutritional
Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
·
Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
·
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
|
NIC :
Fluid management
· Timbang popok/pembalut jika diperlukan
· Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
· Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
· Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
· Monitor vital sign
· Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
· Kolaborasi pemberian cairan IV
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan
· Berikan diuretik sesuai interuksi
· Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
· Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
· Tawarkan
snack ( jus buah, buah segar )
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
· Atur kemungkinan tranfusi
· Persiapan untuk tranfusi
|
8
|
Kerusakan intergritas kulit
Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis
Batasan karakteristik :
-
Gangguan pada bagian tubuh
-
Kerusakan lapisa kulit (dermis)
-
Gangguan permukaan kulit (epidermis)
Faktor yang berhubungan :
·
Eksternal :
-
Hipertermia atau hipotermia
-
Substansi kimia
-
Kelembaban udara
-
Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan,
restraint)
-
Immobilitas fisik
-
Radiasi
-
Usia yang ekstrim
-
Kelembaban kulit
-
Obat-obatan
·
Internal :
-
Perubahan status metabolik
-
Tulang menonjol
-
Defisit imunologi
-
Faktor yang berhubungan dengan perkembangan
-
Perubahan sensasi
-
Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)
-
Perubahan status cairan
-
Perubahan pigmentasi
-
Perubahan sirkulasi
-
Perubahan turgor (elastisitas kulit)
|
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria
Hasil :
·
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
·
Tidak ada luka/lesi pada kulit
·
Perfusi jaringan baik
·
Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
·
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami
|
NIC : Pressure Management
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
·
Hindari kerutan padaa tempat
tidur
·
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
·
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
·
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
·
Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada derah yang tertekan
·
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
·
Monitor status nutrisi pasien
·
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
|
9
|
Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur Infasif
-
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
-
Ruptur membran amnion
-
Agen farmasi (imunosupresan)
-
Malnutrisi
-
Peningkatan paparan lingkungan patogen
-
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan imum buatan
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
-
Penyakit kronik
|
NOC :
·
Immune
Status
·
Knowledge
: Infection control
·
Risk
control
Kriteria
Hasil :
·
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
·
Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
·
Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
·
Jumlah leukosit dalam batas
normal
·
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
|
NIC :
Infection
Control (Kontrol infeksi)
·
Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
·
Pertahankan teknik isolasi
·
Batasi pengunjung bila perlu
·
Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
·
Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
·
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
·
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
·
Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
·
Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi kandung kencing
·
Tingktkan intake nutrisi
·
Berikan terapi antibiotik bila
perlu
·
Infection
Protection (proteksi terhadap infeksi)
·
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
·
Monitor hitung granulosit, WBC
·
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
·
Batasi pengunjung
·
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
·
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
·
Pertahankan teknik isolasi k/p
·
Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
·
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
·
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
·
Dorong masukan cairan
·
Dorong istirahat
·
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
·
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
·
Ajarkan cara menghindari
infeksi
·
Laporkan kecurigaan infeksi
·
Laporkan kultur positif
|
12
|
Inkontinensia Bowel
Definisi : perubahan kebiasaan dalam eliminasi bowel ditandai
dengan pengeluaran produk BAB yang tidak semestinya
Batasan karakteristik : produk BAB lunak, fecal odor, ketidakmampuan
menunda defekasi, ketidakmampuan menahan defekasi, kulit perianal kemerahan,
urgency
Faktor yang berhubungan : tekanan abdominal yang tinggi, diare
kronis, kelemahan tonus otot, imobilisasi, ketidakmampuan mengosongkan bowel,
kehilangan kontrol spinkter rectal, deficit selfcare dalam eliminasi
|
NOC:
·
Bowel elimination
·
Fluid Balance
·
Hydration
·
Electrolyte and Acid base
Balance
Kriteria Hasil :
·
Feses berbentuk, BAB sehari
sekali- tiga hari
·
Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
·
Tidak mengalami diare
·
Menjelaskan penyebab diare dan
rasional tendakan
·
Mempertahankan turgor kulit
|
NIC :
Diarhea
Management:
·
Evaluasi efek samping
pengobatan terhadap gastrointestinal
·
Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
·
Instruksikan pasien/keluarga untukmencatat warna, jumlah, frekuenai dan
konsistensi dari feses
·
Evaluasi intake makanan yang
masuk
·
Identifikasi factor penyebab
dari diare
·
Monitor tanda dan gejala diare
·
Observasi turgor kulit secara
rutin
·
Ukur diare/keluaran BAB
·
Hubungi dokter jika ada kenanikan bising usus
·
Instruksikan pasien untukmakan rendah serat, tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
·
Instruksikan untuk menghindari
laksative
·
Ajarkan tehnik menurunkan
stress
·
Monitor persiapan makanan yang
aman
|
11
|
Kelelahan
Definisi : penurunan kapasitas fisik dan mental sesuai tingkat kemampuan
kerja
Batasan Karakteristik : penurunan konsentrasi, penurunan libido,
penurunan penampilan, tidak tertarik terhadap lingkungan, ketidakmampuan
mempertahankan tingkat aktivitas fisik seperti biasanya, ketidakmampuan
mempertahankan rutinitas, ketidakmampuan menyimpan energi bahkan setelah
tidur, peningkatan keinginan beristirahat, letargi, penurunan energi, capai,
Faktor yang berhubungan :
Psikologi : anemia, status penyakit, malnutrisi, kondisi fisik yang
menurun,
|
NOC :
·
Endurance
·
Concentration
·
Energy
conservation
·
Nutritional
status : energy
Kriteria Hasil :
·
Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
·
Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan
|
NIC :
Energy
Management
·
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
·
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
·
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
·
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
·
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
·
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
·
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
|
12.
|
Tidak
efektif koping keluargaberhubungan
dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
Definisi : pengelolaan dalam
menyesuaikan diri yang efektif anggota keluarga dengan petugas
kesehatan, dalam meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan
Batasan karakteristik : menunjukkan
keinginan untuk berhubungan dengan orang lain yang mempunyai permasalahan
yang sama, anggota keluarga mampu menjelaskan dampak dari krisis petumbuhan
Factor yang berhubungan : kemampuan
dalam mengaktualisasi diri
|
Keluarga atau orang penting lain
mempertahankan :
suport
sistem dan adaptasi terhadap
perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi
dengan cara yang konstruktif
|
Coping
Enhancement
1.
Kaji koping keluarga terhadap
sakit pasein dan perawatannya
2.
Biarkan keluarga mengungkapkana
perasaan secara verbal
3.
Ajarkan kepada keluaraga
tentang penyakit dan transmisinya.
|
13
|
Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan
untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau
perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf
|
NOC :
·
Self care : Activity of Daily
Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
·
Klien terbebas dari bau badan
·
Menyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan untuk melakukan ADLs
·
Dapat melakukan ADLS dengan
bantuan
|
NIC :
Self Care assistane : ADLs
·
Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
·
Monitor kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
·
Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
·
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
·
Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
·
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
·
Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
·
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
|
DAFTAR PUSTAKA
Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi,
Binarupa Aksara, Jakarta, 2000
Doenges M.E. (2008) Nursing Care Plan, Guidlines for
Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon