Banyak pendapat yang menyatakan bahwa di permukaan bumi terdapat
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam. Pandangan
tersebut, garis besarnya sebagai berikut:
- Kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam.
- Manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinan-kemungkinan.
Kedua pandangan tersebut sampai sekarang masih banyak penganutnya, satu sama lain saling mempertahankan. Pendapat pertama (Fisis Determinis) mempertahankan pengaruhnya terhadap kritikan-kritikan dari pendapat kedua (Possibilis).
Pendapat pertama menyatakan bahwa faktor-faktor geografik atau alam
sering memainkan peranan yang dinamik dalam perkembangan kebudayaan
manusia, berarti alam tidak memainkan peranan yang pasif. Pendapat kedua
(Possibilisme) menyatakan bahwa hampir semua praktik kebudayaan
yang spesifik tidak dengan logis dikembalikan langsung pada alam sebagai
habitat geografis semata-mata, melainkan manusia yang memegang peranan
dalam menentukan budayanya (aktif).
Berdasarkan pernyataan paham fisis determinis maupun paham possibilis,
yang terus menerus saling mempengaruhi pemikiran manusia dan saling
melakukan kritikan, maka secara sederhana dapat diambil jalan tengah,
yaitu melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Berapa jauh kebudayaan suatu wilayah atau suatu bangsa ditentukan oleh alam dan lingkungannya?
- Berapa jauh bahwa lingkungan alam dapat diubah oleh kegiatan manusia?
Selain itu, dalam kenyataan sehari-hari banyak kita temukan berbagai
kenampakan dan gejala di muka bumi yang tanpa disadari membawa kita
untuk merenung dan berpikir. Misalnya, mengapa permukaan bumi ini tidak
rata, melainkan ada bagian yang tinggi seperti dataran tinggi, bukit,
gunung atau pegunungan serta ada pula bagian-bagian yang rendah seperti
lembah, palung, atau ngarai, sehingga terdapat berbagai kawasan muka
bumi yang berbeda karakteristiknya? Bagaimana fenomena alam ini dapat
terjadi? Mengapa suhu udara di wilayah pantai sangat panas, sedangkan di
pegunungan dingin? Mengapa daerah A memiliki curah hujan tinggi,
sehingga berbagai jenis tetumbuhan tumbuh subur, sedangkan daerah B
sangat gersang? Apa yang menyebabkan daerah dataran rendah sangat cocok
ditanami kelapa atau padi sawah, sedangkan di dataran tinggi cocok untuk
sayur-mayur?
Disadari atau tidak, pada hakikatnya pertanyaan-pertanyaan tersebut
telah menuntun kita ke arah pemahaman konsep-konsep geografi. Dalam
mengkaji gejala atau peristiwa dalam ruang, geografi selalu
mempergunakan konsep lokasi, hubungan timbal balik, gerakan, dan
perwilayahan.
Agar dapat memahami geografi, diperlukan konsep-konsep dasar mengenai
geografi itu sendiri, artinya memahami pengertian istilah-istilah yang
umum digunakan oleh geografi sebagai disiplin ilmu. Konsep ini merupakan
suatu hal yang abstrak berkenaan dengan gejala nyata tentang geografi
untuk mengungkapkan beberapa gejala, faktor atau masalah, sehingga
setiap kata mengandung arti tersendiri.
Pemahaman geografi dimulai dari hal yang konkret secara bertahap akan
menuju kepada hal yang abstrak. Misalnya, dalam memahami atmosfera dan
mempelajari cuaca, tentu saja harus mengenal unsur-unsur cuaca, yaitu
salah satunya adalah hujan. Sebelum terjadinya hujan tentu terjadi
pemanasan oleh sinar matahari yang menimbulkan penguapan, kemudian
membentuk awan, tentu saja awan apabila berkondensasi maka akan
menimbulkan hujan. Hujan yang diturunkan di suatu tempat dapat
dipengaruhi angin. Dengan demikian, angin berperan dalam menjatuhkan
hujan. Apabila hal ini terus menerus berlangsung maka dinamakan daur hidrologi. Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa konsep, yaitu hujan, penguapan, awan, kondensasi, dan angin.
Apabila seseorang telah dapat membina konsepnya, maka ia akan dapat
mengembangkan generalisasi. Maksudnya bahwa pengertian goegrafi sudah
tidak perlu diuraikan, baik secara denotatif maupun konotatif lagi,
melainkan secara langsung orang yang bersangkutan dapat berbicara tanpa
mendefinisikan konsep tersebut satu persatu.
Generalisasi adalah hubungan atau gabungan antara dua konsep atau lebih.
Dengan demikian, pernyataan generalisasi berupa prinsip geografi.
Contoh, generalisasi terdiri atas beberapa konsep seperti berikut ini:
- Urbanisasi merupakan masalah sosial yang harus diatasi karena menambah padatnya kota, sedangkan commuter atau penglaju memerlukan sarana transportasi yang mendukung dari sub-urban ke wilayah-wilayah kegiatan di kota
- Awan Cumulonimbus dapat mendatangkan hujan besar jika telah berkondensasi dibanding dengan awan Cirrus.
- Erosi yang dominan terjadi di sungai bagian hilir yaitu erosi lateral, sehingga di daerah ini banyak dijumpai meander.
Konsep jarak
Jarak dihubungkan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga manusia cenderung akan memperhitungkan jarak.
Contohnya:
a. Harga tanah akan semakin tinggi apabila mendekati pusat kota dibandingkan dengan harga tanah di pedesaan.
b. Peternakan ayam cenderung mendekati kota sebagai tempat pemasaran,
agar telur dan ayam yang dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak
mengalami kerusakan, dibandingkan apabila peternakan ditempatkan jauh
dari kota.
Konsep keterjangkauan
Hubungan atau interaksi antartempat dapat dicapai, baik dengan
meng-gunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau jalan kaki.
Contohnya:
a. Keterjangkauan, Jakarta – Biak (pesawat terbang); Bandung – Jakarta (kereta api).
b. Daerah A penghasil beras dan daerah B penghasil sandang. Kedua daerah
ini tidak akan berinteraksi apabila tidak ada transportasi.
c. Suatu daerah tidak akan berkembang apabila tidak dapat dijangkau oleh sarana transportasi.
Konsep pola
Bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi alam dengan
alam, hubungannya dengan pola persebaran, seperti sebagai berikut.
a. Pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi.
b. Pola pemukiman terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya.
Konsep morfologi
Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan hubungannya dengan aktivitas manusia.
Contohnya:
a. Bentuk lahan akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan
lahan, ketebalan lapisan tanah, ketersediaan air, dan sebagainya.
b. Pengelompokan pemukiman cenderung di daerah datar.
Konsep aglomerasi
Pengelompokan penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah.
Contohnya:
a. Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat sejenis,
sehingga timbul daerah elit, daerah kumuh, daerah perumnas, pedagang
besi tua, pedagang barang atau pakaian bekas, dan lain-lain.
b. Enam puluh delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung.
Konsep nilai kegunaan
Manfaat suatu wilayah atau daerah mempuyai nilai tersendiri bagi orang yang menggunakannya.
Contohnya:
a. Daerah sejuk di pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di
Puncak antara Bogor dengan Cianjur, banyak dijadikan tempat
peristirahatan dan rekreasi.
b. Lahan pertanian yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau karyawan/pegawai kantor.
Konsep interaksi dan interdependensi
Setiap wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi
memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga memunculkan adanya
hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa, komunikasi,
persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya: gerakan orang, barang, dan
gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti,
a. Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi.
b. Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
c. Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap pembaca atau pemirsa.
Konsep differensiasi area (struktur keruangan atau distribusi keruangan)
Suatu wilayah kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan nilai yang terdapat di dalamnya.
Contohnya:
a. Fenomena yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, seperti:
1.jarak dekat, jarak sedang, atau jarak jauh.
2.pemukiman padat, sedang, atau jarang.
b. Pertanian sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut
atau tambak di pantai; dan padi di daerah yang relatif datar.
Konsep keterkaitan keruangan (proses keruangan)
Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah
lain, atau adanya saling keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi
kebutuhan dan sosial penduduknya. Misalnya, jika dikaji melalui peta,
maka terdapat konservasi spasial (keterkaitan wilayah) antara wilayah A,
B, C, dan D.
Sepuluh konsep tersebut, sengaja dibuat untuk penyatubahasaan pemikiran
geografi, semuanya merupakan awal dari memahami geografi. Dengan
demikian, pendidikan geografi mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi harus mencakup sepuluh konsep tersebut, hanya materi
yang diberikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Sumber : Buku Besar Geografi
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon