Biografi Madeleine Leininger
Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan
pertanian hidup dengan empat
saudara laki-laki dan seorang saudari.
Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi
kadet di korps perawat dan mengambil program diploma di sekolah perawat St.
Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang perawat di
karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin
membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan.
Tahun 1948, menyelesaikan diploma
keperawatan.
Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam
ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora dariBenedictine College di Atchison,
Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton
University di Omaha , Nebraska.
Tahun 1953, Menerima gelar master dalam
ilmu keperawatan dari University chatolik of America, di Washington DC, pindah
ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
Tahun antara 1954-1960, menjadi professor
keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga
menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat
pertama mendapat gelar Ph.D dalam antropologi, di Washington University.
sebagai bagian dari proses beliau mencari penyelesaian masalah tidak cukup
adekuat intervensi kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan
latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor
keperawatan dan antropologi di University of Colorado, di mana untuk pertama
kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor
keperawatan dan dosen antropologi di University Of Washington school of
Nursing.
Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan
professor Utah University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.
Tahun 1981, professor dan direktur pusat
penelitian kesehatan di Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine
mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari Presiden
dalam keunggulan dalam mengajar.
2. The Board of Governor’s Distinguished
Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship Award.
Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in
Science Award” oleh California State University.
Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori
keperawatan beliau menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya
dan universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai
tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya
perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian
di lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di
New Guinea tentang perawatn transkultural.
Sepanjang kariernya sebagai perawat
terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar
perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi organisasi professional
termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan
manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh
pertama dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan
menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun
1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar
yang terkenal di seluruh dunia, penulis, pengembang teori, penelitidan
pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis
25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat
sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan
dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
B. engertian teori Transkultural
Teori ini berasal dari disiplin ilmu
antropologi dan oleh Dr. M. leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan.
Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal
tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang
fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi
serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan
sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
C. Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
adalah norma atau aturan tindakan dari
anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
adalah keinginan individu atau tindakan
yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali
lagi (Leininger, 1985).
c. Etnosentris
diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh
orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu
atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan
yang lazim.
f. Ras
adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
g. Etnografi
adalah ilmu yang mempelajari budaya.
Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
adalah fenomena yang berhubungan dengan
bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan
adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
adalah tindakan langsung yang diarahkan
untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.
j. Cultural Care
berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition
berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.
D. Paradigma Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma
keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai,
konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995),
yaitu :
-. manusia,
-. sehat,
-. lingkungan dan
-. Keperawatan.
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau
kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang
dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan
sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai
keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu :
fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat
dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau
rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
-. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan
budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi
-. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi
budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan
pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
-. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya
klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila
budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
E. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh
Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar
1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1. pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup
(religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang
mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
(kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji
faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang
berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada
tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational factors)
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah
: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri.
4.2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien
sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu
:
-. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur,
-. Gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan
-. Ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
4.3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
-. Mempertahankan budaya yang dimiliki
klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
-. Mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan
-. Merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara
klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru
saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang
dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan
perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk
memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien
melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke
dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang
sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk
memahami budaya masing masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul
rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4.4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural
dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
F. Studi kasus
Ø Strategi I, Perlindungan/mempertahankan
budaya.
Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru
saja melahirkan anak pertamanya, di kamar perawatan dia ditemani oleh suami dan
keluarga termasuk mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang dokter
tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur sebentar.
Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata tidak baik bagi seorang ibu yang
baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak segera menyusui bayinya,
menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas untuk bekerja di kemudian hari.
Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di
situ sedang memeriksa keadaan ibu dan bayi tersebut, dia mengiyakan pendapat
dari mertua dokter itu dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak pertama
ibu dan anak adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan mental bayi nanti;
semakin cepat bayi menyusui akan merangsang produksi ASI ; semakin cepat
bergerak akan lebih cepat ibu mandiri merawat diri dan bayi.
Intervensi dan implementasi keperawatan
pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.
G. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab
terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu
proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan
kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar
belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam
konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang
dimiliki oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang
ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan
kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan
dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan
transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat
memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat
sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan
keperawatan transkultural.
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon