BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sebab-sebab
keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation
yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan
yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Menurut
Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas merupakan
penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit
gangguan pembuluh darah. Penyakit tumor paru ini merupakan salah satu penyakit
utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun
di rumah. Namun demikian, tumor paru dapat dimulai pada segala usia,
mempengaruhi pria dan wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang
pada segala etnis. Dari insiden ini maka kami mengambil asma sebagai topik yang
patut untuk diunggah.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat penulis rumuskan suatu
permasalahan yakni apa yang dimaksud dengan tumor paru dan bagaimana
patofisiologi gangguan pernafasan tumor paru?
3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah
1.
Agar mahasiswa mampu menguraikan
tentang gangguan patofisiologi gangguan pernafasan khususnya mengenai tumor
paru.
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
gangguan patofisiologi gangguan pernafasan khususnya mengenai tumor paru.
3.
Mengetahui karakteristik tentang gangguan patofisiologi gangguan
pernafasan khususnya mengenai tumor paru.
4.
Metode Penulisan
Dalam
penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan beberapa
data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan Data dilakukan dengan metode
dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait
dengan patofisiologi gangguan pernapasan khususnya mengenai tumor paru. Sumber
tersebut seperti internet dan berbagai buku referensi. Data yang telah
diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif,
yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah
diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun
atas kalimat-kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Tumor merupakan salah satu dari lima
karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak.
Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan
yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan
sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat
tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel
tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk
simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan
cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Kanker adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya
yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam
paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. (
Zerich 150105 Weblog, by Erich )
2.
Epidemiologi
Kanker pembunuh
terbesar adalah tumor/kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya atau
hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Jumlah penderita kanker paru adalah 170.000 orang dengan
jumlah kematian 149.000 orang. Persen kematian orang dengan kanker paru – paru
dari seluruh kanker mencapai 28%. Insiden tertinggi terjadi pada usia antara 55-65 tahun.
3.
Etiologi
/ Penyebab
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan
insiden kanker paru:
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua
puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti
ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10
tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok
yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal
akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos
dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni :
·
Proton
oncogen.
·
Tumor
suppressor gene.
·
Gene
encoding enzyme.
6. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru.
4.
Faktor
Predisposisi
1.
Perokok aktif
2.
Wanita lebih suseptible terhadap carsinogen tobacco.
3.
Perokok pasif
4.
Pekerja radioaktif
5.
Asbestos worker
6.
Pekerja yang terpapar debu yang mengandung : arsen,
chromium, uranium, nikel, vinyl clorida, dan gas mustard.
5.
Patofisiologi
Dari etiologi yang
menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka
6.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita
tumor paru yaitu :
a.
Batuk
yang terus menerus dan berkepanjangan
b.
Napas
pendek-pendek dan suara parau
c.
Batuk
berdarah dan berdahak
d.
Nyeri
pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e.
Hilang
nafsu makan dan berat badan
7.
Klasifikasi
1.
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan
tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus.
2.
Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mucus
3.
Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan
sub tipe adenokarsinoma yang jarang ditemukan dan berasal dari epitel
alveolus/bronkiolus terminalis.
4.
Karsinoma sel besar: sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam.
5.
Karsinoma sel kecil: seperti tipe sel skuamosa, biasanya
terletak di tengah disekitar percabangan utama bronki.
8.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk
atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.
Laboratorium.
·
Sitologi
(sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
·
Pemeriksaan
fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
·
Tes
kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi,
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel
tumor.
4. Pencitraan.
·
CT-Scanning,
untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
·
MRI,
untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
9.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
Medik
Pembedahan, memiliki
kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi
dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5
tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada
pneumonektomi
a.
Radioterapi
radikal, digunakan pada kasus
kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai
untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
b.
Radioterapi
paliatif, untuk hemoptisis, batuk,
sesak napas atau nyeri local
c.
Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak
pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker
bukan sel kecil belum jelas.
d.
Terapi
endobronkia, seperti
kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan
cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
e.
Perawatan
faliatif, opiat terutama membantu
mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik
dan memperbaiki selera makan
2.
Penatalaksanaan
Keperawatan
a.
Bantu
pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b.
Dalam
tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
c.
Mengatasi
kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
10. Komplikasi
·
Hematorak
·
Pneumotorak
·
Empiema
·
Endokarditis
·
Abses
paru
·
Atelektasis
BAB III
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Paru
A.
Pengkajian
1.
Identitas
·
Identitas
klien
Merupakan biodata klien yang
meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa
yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat.
2.
Riwayat Keperawatan
a.
Riwayat
penyakit sekarang
Keluhan utama
Keluhan
yang biasa muncul pada klien Kanker paru – paru
biasanya batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek – pendek,
sakit kepala.
b.
Riwayat
kesehatan terdahulu
Kemungkinan
yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan Ca Paru antara
lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi
udara, pernah menglami bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti
asbestos.
c.
Riwayat
penyakit keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap
penyakit kanker paru – paru.
d.
Riwayat
psikososial
Kaji
adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta interaksi
social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk yang
berkepanjangan.
e.
Pola –
pola fungsi kesehatan
1.
Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
2.
Sirkulasi
Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial ( menujukan efusi ) tachycardia, disritmia, jari tabuh.
3.
Integritas
Ego : Ansietas, takut akan
kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang
diulang-ulang.
4.
Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan
hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).
5.
Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan. Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang
bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan
hormonal ), Glukosa dalam urine .
6.
Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi
kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen
hilang/timbul\
7.
Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya ,
peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik,
serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan
kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi
( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi
yang menetap penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
8.
Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit
pucat.
9.
Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
10. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC.
Kegagalan untuk membaik.
f.
Pemeriksaaan Fisik
a.
Inspeksi
·
Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi
ekspirasi.
·
Kesimetrisan dada,
·
Retraksi otot-otot dada,
·
penggunaan otot-otot bantu pernafasan
·
Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan
mengangkat bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
·
Kaji postur tubuh,
·
Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan
menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya
untuk tetap mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada.
·
Sianosis (kebiruan)
·
Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi
sianosis akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia
·
bentuk kuku
·
pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki
kuku berbentuk tabuh
·
kaji adanya edema
·
Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan\
·
kulit pucat
·
akibat kesulitan
bernafas
·
frekuensi batuk
·
batuk biasanya terus-menerus
·
karakteristik sputum
b.
Palpasi
·
Nyeri pada dada
·
Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa
nyeri
·
Taktil fremitu
·
Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat
menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru
pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan
pleural atau pnemotorak akan menyebabkan pemeriksa tidak mungkin merasakan
vibrasi ini atau vibrasi menurun
·
Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan
·
Capillary refill
c.
Perkusi
·
Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru
·
Ada penumpukan cairan (sekret)
d.
Auskultasi
·
Suara nafas
·
Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru
obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada
penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks, dan kegemukan ada substansi
abnormal Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru
di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat bunyi
napas menjadi tidak nyaring.
·
Suara tambahan nafas
·
Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang
normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya
pneumonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural dimana
paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada pneumonia, gagal jantung
kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi
dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti
adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing,
mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain.
·
Tekanan darah
·
Denyut jantung
g.
Data Penunjang
·
Foto dada, PA dan lateral
·
CT scan/MRI
·
Bronchoscope
·
Sitologi
h.
Pengelompokan Data
1.
Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri
dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan
menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2.
Data Objektif
Batuk produktif,
Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam Gelisah
3.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2.
Ketidakefektifan pembersihan jalan
nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
3.
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
Definisi : Inspirasi
atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
Batasan Karakteristik:
-
Perubahan
kedalaman bernafas
-
Perubaham
ekskursi dada
-
Mengambil
posisi tiga titik
-
Bradipneu
-
Penurunan
tekanan ekspirasi
-
Penurunan
ventilasi se menit
-
Penurunan
kapsitas vital
-
Dipneu
-
Peningkatan
diameter anterior posterior
-
Pernapasan
cuping hidung
-
Ortopneu
-
Fese
ekspirassi memanjang
-
Pernapasan
bibir
-
Takipneu
-
Penggunaan
otot eksesorius untuk bernapas
Faktor
faktor yang berhubungan :
-
Ansietas
-
Posisi tubuh
-
Defomitas
tulang
-
Defomitas
dinding dada
-
Keletihan
-
Hiperventilasi
-
Sindrom
hipoventilasi
-
Gangguan
muskuloskeletal
-
Kerusakan
neurologis
-
Imaturitas
neurologis
-
Disfungsi
neuromuskular
-
Obesitas
-
Nyeri
-
Keletihan
otot pernafasan cedera medula spinalis
|
NOC :
v
Respiratory
status: ventiolation
v
Respiratory
status: Airway patency
v
Vital sign
status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas yang
besih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mamou mengeluarkan septum,mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara abnormal)
v Tanda- tanda vital dalam rentang normal(tekanan darah,
nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway Management
·
Buka jalan
nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identivikassi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo
bila perlu
·
Lakukan
fisioterapi bila perlu
·
Kluarkan
sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultassi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Lakulkan
suction pada mayo
·
Berikan
brinkodilator bila perlu
·
Berikan
pelembab udara kassa basah NaCl lembab
·
Atur intake
untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor
respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
·
Bersihkan
mulut, hidung dan sekret trakea
·
Pertahankan
jalan nafas yang paten
·
Atur
peralatan oksigen
·
Monitor
aliran oksigen
·
Pertahankan
posisi pasien
·
Observasi
adanya tanda – tanda hiperventilasi
·
Monitor
adanya kecemasan pasien terhadan oksigenasi
Vital Sign Monitoring
·
Monitor
TD,nadi,suhu,dan RR
·
Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
·
Monitor Vs
saat pasien berbaring, duduk n, atau berdiri
·
Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
·
Monitor TD,
nadi, RR,sebelum,selama,dan setelah aktivitass
·
Monitor
kualitas dari nadi
·
Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
·
Monitor
suara paru
·
Monitor pola
pernafasan abnormal
·
Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
·
Monitor
sianosis perifer
·
Monitor
adanya cushing triad(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan
sistolik)
·
Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Ketidakefektifan pembersihan jalan
nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
Definisi : Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kiebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
-
Tidak ada
batuk
-
Suara napas
tambahan
-
Perubahan
frekuensi napas
-
Perubahan
irama napas
-
Sianosis
-
Kesulitan
berbicara atau mengeluarakan suara
-
Penurunan
bunyi napas
-
Dipsneu
-
Sputum dalam
jumlah yang berlebihan
-
Batuk yang
tidak efektif
-
Orthopneu
-
Gelisah
-
Mata terbuka
lebar
Faktor Yang
berhubungan:
·
Lingkungan:
-
Perokok
pasif
-
Pengisap
asap
-
Merokok
·
Obstruksi
jalan nafas:
-
Spasme jalan
nafas
-
Mokus dalam
jumlah berlebihan
-
Eksudat
dalam jalan alveoli
-
Mareti asing
dalam jalan nafas
-
Adanya jalan
nafas buatan
-
Sekresi
bertahan/sisa sekresi
-
Sekresi
dalam bronki
·
Fisiologis:
-
Jalan nafas
alergik
-
Asma
-
Penyakit
paru obstruktif kronik
-
Hiperplasihiperplasi
dinding bronkial
-
Infeksi
-
Disfungsi
neuromuskular
|
NOC:
v Respiratory Status: Ventilation
v Respiratory status: Airway patency
Kriteria Hasil:
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu(mampu mengelurkan sputum,mampu
bernafas dengan mudah,tidak ada suara nafas abnormal)
v Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada
suara nafas abnormala)
v Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang
dapat menghambat bjalan nafas
|
NIC:
Airway Suction
·
Pastikan kebutuhan oral /
trakeal suctioning
·
Auskultassi suara nafas
sebelum dan sesudah suctioning
·
Informasikan pada klien dan
kluarga tentang suctioning
·
Minta pasien nafas dalam
sebelum suction dilakukan
·
Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitassi suction nasotrakeal
·
Gunakan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
·
Anjurkan passien untuk
istirahat dan nafass dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
·
Monitor status oksigen pasien
·
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suction
·
Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturassi O2 ,dll.
Airway Management
·
Buka jalan nafas, gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
·
Auskultassi suara nafass ,
catat adanya suara tambahan
·
Lakukan suction pada mayo
·
Berikan bronkodilator bila
perlu
·
Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
·
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
·
Monitor rspirasi dan status
O2
|
3
|
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
Definisi : Kelebihan
atau defisit pada oksigenasi atau eleminassi karbon dioksida pada membran
alveolar - kapiler
Batasan karakteristik :
-
PH darah
arteri abnormal
-
PH arteri
abnormal
-
Pernafasan
abnormal(mis,pucat,kehitaman)
-
Konfusi
-
Sianosis(pada
neonatus saja)
-
Penurunan
karbondioksida
-
Diaforesis
-
Dispneu
-
Sakit kepala
saat bangun
-
Hiperkapnia
-
Hipoksemia
-
Hipoksia
-
Iritabilitas
-
Nafas cuping
hidung
-
Gelisah
-
Samnolen
-
Takikardi
gangguan penglihatan
Faktor-faktor
yang berhubungan :
-
Perubahan
membran alveolar – kapiler
-
Ventilasi -
perfusi
|
NOC :
v Respiratory Status:Gas exchange
v Respiratory status: Ventilation
v Vital Sign status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilassi dan oksigenassi yang adekuat
v Memelihara kebersihan paru – paru dan bebas dari tanda – tanda distress
pernafasan
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada
sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah,tidak ada pursed lips)
v Tanda – tanda vital dalam rentang normal
|
NOC:
Airway Management
·
Buka jalan
nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan
passien untuk mamaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo
bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
·
Auskultassi suara nafass ,
catat adanya suara tambahan
·
Lakukan suction pada mayo
·
Berikan bronkodilator bila
perlu
·
Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
·
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
·
Monitor
rspirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
·
Monitor rata
– rata ,kedalaman, irama, dan usaha respirasi
·
Catat pergerakan
dada, amati kesimetrisan,pengguanaan otot tambahan,retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
·
Monitor
suara nafas,seperti dengkur
·
Monitor pola
nafas:bradipneu,takipneu, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
·
Catat
lokassi trakea
·
Monitor
kelelahan otot diafragma(gerakan paradoksis)
·
Auskultassi
suara nafas ,catat area penurunan/ tidak adaventilasi dan suara nafas
tambahan
·
Tentukan
kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan rocki pada jalan nafs
trauma
·
Auskultassi
suara paru setelah tindakan untuik mengetahui hasilnya.
|
4
|
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan secara umum.
|
NOC:
v Energy Consevation
v Activity tolerance
v SelfCare: ADls
Kriteria
Hasil :
-
Berpartisipassi dalam
aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah , nadi dan RR
-
Mampu melakukan aktifitass
sehari - harib (ADLs)secara mandiri
-
Tanda – tanda vital normal
-
Energy psikomotor
-
Level kelemahan
-
Mampu berpindah:dengan atau
tanpa bantuan alat
-
Status kardiopulmonari
adekuat
-
Sirkulassi status baik
-
Status respirasi: pertukaran
gas dan ventilasi adekuat
|
NIC :
Activity Therapy
·
Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
·
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
·
Bantu untuk memilih aktivitas
yang konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik , psikologi dan sosial
·
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan
·
Banytu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek,
·
Bantu untuk mengidentivikasi
kegiatan yang disukai
·
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
·
Bantu pasien / keluarga untuk
,mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas
·
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
·
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diridan penguatan
·
Monitor respon
fisik,emosi,sosial dan spiritual
|
5. IMPLEMENTASI
Dari hasil entervensi yang telah
tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan
pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan dan perwujudan, dan
rencana tindakan yang meliputi beberapa bagina, yaitu validasi, rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
6. EVALUASI
1. Evaluasi
adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dalamevaluasi
tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
-
Tujuan tercapai
|
:
|
Pasien
menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
|
-
Tujuan tercapai sebagian
|
:
|
Pasien
menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
|
-
Tujuan tidak tercapai
|
:
|
Pasien
tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.
|
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Karsinoma
bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Dari etiologi yang menyerang
percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi
sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra.
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang
terus menerus dan berkepanjangan, napas
pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan berdahak, nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan berat badan
2.
Saran
Penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman E Richar. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC
Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges E Mailyn,1999. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Edisi 3. Jakarta, EGC
Mansjoer, A,.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III,
Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Klinis Proses- Proses
Penyakit . Jakarta :EGC
http:\\asuhan-keperawatan-tumor-paru-ca-paru.html
Terimkasih sudah berkunjung ke Blog Pengetahuan. Budayakan untuk berkomentar yang baik dan sesuai dengan materi postingan, komentar yang terlalu singkat kami anggap Spam dan tidak kami tanggapi
EmoticonEmoticon